Panen Melimpah, Harga Anjlok! Petani Cianjur Terancam Rugi Besar di Tengah Program Pertanian Pemerintah

CIANJURUPDATE.COM – Pemerintah Kabupaten Cianjur tengah berusaha keras meningkatkan produktivitas pertanian melalui program ambisius yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2021-2026.

Program unggulan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian seluas 1.000 hektare di Cianjur selama lima tahun ke depan, dengan target tahunan mencapai 200 hektare.

Bupati Cianjur, Herman Suherman, optimis bahwa program ini akan membawa dampak positif bagi sektor pertanian, yang memang menjadi sektor andalan di daerah agraris ini.

Namun, di balik ambisi tersebut, petani di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, kini menghadapi tantangan besar akibat penurunan harga sayuran yang sangat drastis.

BACA JUGA: Anggota DPRD Jabar Asep Suherman Komitmen Dukung Pertanian di Jabar Lebih Baik

Nanang Suryana, seorang petani dari Kampung Gunungputri, Desa Sukatani, mengungkapkan bahwa harga sayuran jenis hijau-hijauan telah merosot tajam dalam sebulan terakhir.

“Harga sayuran di petani saat ini sedang anjlok-anjloknya,” ujar Nanang.

Harga pakcoy yang biasanya Rp 2 ribu per kilogram kini hanya Rp 1 ribu, sawi hijau turun dari Rp 5 ribu menjadi Rp 3 ribu per kilogram, dan brokoli yang sebelumnya dihargai Rp 10 ribu kini turun menjadi Rp 6 ribu per kilogram.

Bahkan, harga sawi putih merosot dari Rp 3 ribu menjadi Rp 1 ribu per kilogram, sementara kale turun dari Rp 6 ribu menjadi Rp 3 ribu per kilogram.

BACA JUGA: Dorong Petani Berkualitas, Asep Suherman Bersama Pansus di Jabar Bahas Raperda Pertanian Organik di Cianjur

“Satu-satunya komoditas yang harganya masih stabil adalah bawang daun, yang kini dijual dengan harga Rp 17 ribu hingga Rp 18 ribu per kilogram,” tambah Acep, petani lain yang turut merasakan dampak harga yang anjlok ini.

Nanang menjelaskan bahwa sayuran hasil panen biasanya dikirim ke pasar-pasar besar di luar Cianjur, seperti pasar induk di Jakarta dan Jembatan Lima di Bogor.

Namun, penurunan harga ini semakin memperburuk keadaan ekonomi para petani, yang kini harus menghadapi risiko kerugian besar akibat harga jual yang merosot tajam.

“Rata-rata produksi sayuran kami dijual ke pasar-pasar besar di luar Cianjur, tetapi dengan harga yang sangat rendah, kami khawatir ini akan berdampak negatif pada pendapatan kami,” jelas Nanang.

BACA JUGA: Kolaborasi Kementan – DPR RI Komitmen Tingkatkan Kapasitas Petani dan Penyuluh Pertanian di Cianjur

Di tengah usaha pemerintah untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui program yang ambisius, penurunan harga sayuran ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam sektor pertanian.

Meskipun RPJMD 2021-2026 mencatat kemajuan dengan pencapaian 28,17% dari target tahunan, kondisi pasar yang tidak menentu menjadi tantangan tersendiri bagi para petani.

Program peningkatan produktivitas yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani kini terancam oleh fluktuasi harga yang merugikan.

Sementara pemerintah terus bekerja untuk mencapai target produktivitas yang ambisius, penting bagi semua pihak untuk memperhatikan keseimbangan antara pencapaian hasil dan kesejahteraan petani.

Exit mobile version