CIANJURUPDATE.COM – Sepanjang pekan ini, Pasar Kripto mengalami anjlok 20,75 persen, setelah Bitcoin dan Etherum mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.
Kembali munculnya volatilitas ekstrim di Pasar Krpto membuat analis memberikan peringatan akan kemungkinan terjadinya penurunan.
Bitcoin dan Etherum, dua mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar pada pekan lalu mencatatkan rekor tertinggi.
Melansir data Refintiv, bitcoin mencapai rekor tertinggi US$ 64.899,97/BCT pada Rabu (14/4/2021), tetapi setelahnya terus menurun dan hari Minggu kemarin sempat menyentuh level US$ 5.1431,1/BTC.
Padahal, sepanjang pekan sebelumnya harga aset koin digital itu melonjak hingga mendekati US$ 65.000 atau sekitar Rp947 jutaan.
Artinya, sejak menyentuh rekor tertinggi sampai ke level terendah tersebut, harga Bitcoin anjlok 20,75 persen, sebelum mengakhiri perdagangan di US$ 55.555/BTC.
Situs CoinmarketCap menunjukkan adanya aksi jual Bitcoin dikarenakan blackout di areal tambang Bitcoin di Xinjiang, China. Hal ini yang dinilai sebagai salah satu pemicu penurunan harga.
Ada beberapa laporan online yang menyebutkan bahwa penurunan ini terkait dengan kekhawatiran Departemen Keuangan AS akan menindak pencucian uang yang dilakukan melalui aset digital.
Kemudian Ethereum menyentuh rekor tertinggi US$ 2.551,85/ETH pada hari Jumat lalu, tetapi kemarin merosot ke US$ 1.954,75/ETH.
Secara persentase, Ethereum ambrol 23 persen. Ripple, lebih parah lagi, dari level tertinggi US$ 1,973/XRP yang dicapai Rabu lalu, kemudian merosot ke US$ 1,145/XRP atau nyaris 42 persen pada Minggu kemarin.
Sama dengan Bitcoin, posisi kedua mata uang kripto tersebut membaik di penutupan perdagangan.
Hanya Dogecoin yang mampu terus melaju kencang dan terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Sepanjang pekan lalu, Dogecoin meroket lebih dari 240 persen, dan pada Senin (19/4/2021), melesat lagi lebih dari 20 persen.
Namun, kenaikan tajam Dogecoin tersebut justru dianggap sebagai sinyal akan kemungkinan terjadinya crash di pasar kripto oleh Mike Novogratz, CEO Galaxy Digital.
“Sudah pasti kita melihat volatilitas tinggi di pasar kripto dalam sepekan, sebab ada euforia dari Coinbase yang go public,” kata Novogrtz.
“Saya melihat banyak koin yang aneh, seperti Dogecoin bahkan Ripple yang diborong oleh investor ritel, yang berarti banyak kegilaan saat ini. Hal itu tidak akan berakhir dengan baik, jadi pada satu titik kita kemungkinan akan melihat ‘longsor’,” tambahnya.
Novogratz merupakan analis yang memprediksi Bitcoin akan terus dalam tren naik (bullish), tetapi saat ini ia malah memberikan peringatannya akan kemungkinan terjadinya crash.
Dogecoin saat ini menjadi mata uang kripto dengan kapitalisasi US$ 43,8 miliar, terbesar ke-enam. Padahal Dogecoin sebenarnya dibuat sebagai lelucon pada 2013 lalu.
Pemicu Crash di Pasar Kripto
Bitocin CS meroket di pekan hingga mencetak rekor tertinggi setelah bursa mata uang kripto, Coinbase, resmi melantai di Wall Street.
Coinbase menjadi platform pertama dari cryptocurrency yang mencatatkan saham di Bursa Nasdaq dengan kode saham COIN pada Rabu lalu.
Setelah Coinbase, marketplace kripto terbesar keempat, Kraken, juga berencana akan melantai pada tahun depan.
Justin d’Anethan analis dari Equos mengatakan Coinbase yang go public jelas mendukung kenaikan harga mata uang kripto, sebab memperkuat legitimasi dan menawarkan cara baru kepada pelaku pasar untuk berinvestasi di dunia kripto, sebagaimana dilansir Business Insider, Senin (12/4/2021).
Tetapi setelahnya malah mengalami crash akibat kemungkinan diterapkannya regulasi oleh beberapa negara.
Jika dilihat sejak awal 2020 lalu, Bitcoin sudah meroket lebih dari 700%. Tidak hanya Bitcoin, mata uang kripto lainnya juga terbang lebih tinggi lagi.
Tetapi Bitcoin yang paling menjadi sorotan, sebab menjadi pemicu kenaikan mata uang kripto lainnya.
Mempunyai kapitalisasi pasar terbesar, serta penerimaannya yang semakin luas. Mulai dari investor institusional, hingga perusahaan-perusahaan raksasa sudah berinvestasi di Bitcoin.
Seiring dengan menanjaknya popularitas Bitcoin diikuti dengan kenaikan harganya, bank sentral di berbagai negara mulai memberikan peringatan.
Bahkan peringatan sebenarnya sudah diberikan bertahun-tahun yang lalu, tetapi Bitcoin malah semakin populer.
Ketika peringatan tidak mempan, bank sentral mengambil langkah keras. Di pekan ini Bank Sentral Turki sudah mengeluarkan larangan penggunaan seperti Bitcoin CS untuk membeli barang dan jasa.
Kebijakan ini mulai berlaku pada (30/4/2021). Alasan pelarangan aset kripto karena Bank Sentral Turki menemukan risiko yang signifikan bagi pihak-pihak yang bertransaksi.
Saat aturan ini diterapkan lembaga keuangan tidak akan bisa memfasilitasi platform yang menawarkan jual-beli aset kripto, kustodi, transfer hingga penerbitan cryptocurrency.
Sementara itu, pejabat eksekutif di World Economic Forum (WEF) memperingatkan akan serangkaian regulasi yang “dramatis” untuk mata uang kripto.
“Kita akan melihat serangkaian upaya yang dramatis untuk meregulasi mata uang kripto” kata Sheila Warren, anggota komite eksekutif yang juga kepala data, blokchain dan aset digital WEF, sebagaimana dikutip Forbes, Kamis (15/4/2021).
“Karena semakin banyak aktivitas di mata uang kripto, maka semakin banyak permintaan bagi regulator untuk terlibat di dalamnnya,” pungkasnya.(ct7/sis)