CIANJURUPDATE.COM – Pasca keracunan massal yang menimpa sejumlah pelajar di Cianjur diduga setelah menyantap hidangan program Makan Bergizi Gratis (MBG), siswa mengalami trauma.
Mereka mengungkapkan, tidak ingin lagi menyantap hidangan yang diberikan dari program yang digagas pemerintah tersebut.
“Saya mungkin gak mau lagi makan hidangan itu, karena masih trauma. Kalau boleh saya usul, mendingan dialihkan menjadi uangnya saja ke orang tua siswa. Jadi nanti orang tua kita yang memasak supaya lebih higienis dan sesuai keinginan para siswa,” ujar Ainun Siswi kelas XI kepada Cianjur Update, Selasa 22 April 2025.
Tak hanya itu, harapan lain disampaikan Siti Hasna Kelas X MAN 1 Cianjur, ia menyebut bahwa program tersebut bisa direalisasikan tepat sasaran. Artinya disalurkan ke sekolah-sekolah yang memang membutuhkan.
BACA JUGA: Total Keracunan Masal MBG MAN 1 Cianjur – SMP PGRI 1 Capai 81 Siswa dan Guru
“Harapannya kalau bisa disalurkan secara tepat sasaran. Jadi kadang teman-teman kita itu ada yang gak makan, kalaupun makan, hanya dicicipi saja, setelah itu, dibiarkan. Sayang saja jadi mubazir, karena mungkin ada yang kurang suka,” kata Siti.
Pelajar lain bernama Rahman kelas XI G, mengatakan hal sama. Ada kekhawatiran setelah adanya kejadian yang tak diinginkan. Meski keracunan yang terjadi itu belum diketahui pasti akibat dari makanan mana. Tapi ia menegaskan, bukan karena setelah minum yogurt dari hasil praktek biologi teman di kelas X.
“Memang di kelas X itu suka ada praktek biologi, salah satunya siswa membawa yogurt dari hasil kreativitas sendiri, yang kemudian dicicipi oleh siswa lain. Tapi sejak dulu juga Alhamdulillah tak pernah ada kejadian keracunan,” ungkapnya.
BACA JUGA: Keracunan Massal Diduga Akibat MBG, Dinkes Cianjur Tetapkan Status KLB
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas MAN 1 Cianjur Rahman Jaenudin mengatakan, pelaksanaan praktek siswa pelajaran biologi, kerap diterapkan di kelas X. Namun itupun bukan disediakan oleh pihak sekolah. Tapi, setiap siswa diharapkan bisa membawa yogurt hasil kreasinya dari rumah.
“Memang di sekolah kami ada pelajaran praktek itu, tapi belum pernah ada kejadian yang tak diinginkan. Meski tetap sample yogurt hasil kreasi siswa yang kemarin itu telah dibawa untuk dicek laboratorium. Kalaupun misalnya ada indikasi dari itu, kenapa nyampe ke sekolah lain yang informasinya mengalami gejala sama seperti yang dialami siswa kami,” papar Rahman.***