Pendidikan

PC IMM Cianjur Gelar Darul Arqam Dasar

Masmira. Itulah nama tokoh yang diperankan dalam monolog mahasiswa semester 4 STIE Muhammadiyah Bandung yang kerap disapa Sese itu.

Ia mengisahkan Masmira, seorang penari. Dia menyertakan pandangan masyarakat soal seorang penari. Sepertinya, itu merupakan hal yang biasa dihadapi para penari —dianggap sebagai perempuan kotor.

“Aku hanya cinta seni,” tuturnya dalam penggalan monolog itu.

Usai mempersembahkan penampilannya, ia keluar dari aula. Saya pun menghampirinya dan meminta izin untuk wawancara.

Anak Kliwon. Itulah judul monolog yang dibawakan Sese. Ia mengungkapkan, kisah dalam monolog itu merupakan kisah nyata.

“Sekitar tahun 1900-an tentang seorang penari yang digauli oleh seorang laki-laki dan dianggap pelacur oleh masyarakat,” tuturnya, Sabtu (15/02/2020).

Ia menyebut, Masmira hanya meluapkan jiwa seninya. “Yaitu menari dan nyinden tapi pandangan orang itu beda,” kata dia.

Sese menjelaskan, Masmira kerap menerima panggilan baik siang maupaun malam. Masmira kerap tampil di tempat hiburan malam pada masanya.

“Tapi, namanya juga pemuda yang tak beretika, mereka menganggap dia bisa digauli oleh siapa saja,” kata Sese.

Dengan ini, Sese berpesan kepada para penari untuk jangan malu dan ragu untuk menunjukan kecintaan terhadap seni.

“Tunjukan saja. Di sini kita punya nilai seni yang lebih, norma dan etika orang seni lebih menerapkan dalam hidupnya,” tuturnya.

Sese mengaku, ia seorang pecinta seni. “Tapi, saya tisak seperti itu. Pecinta seni hanya meluapkan jiwa seninya,” ungkapnya.

Ada kalimat menarik yang diucapkan Sese. “Menari memang terlihat bentuk tubuh, tapi dia tidak kotor. Dia hanya bergaul dengan seni, bukan dengan laki-laki.” pungkasnya.(afs/rez)

Laman sebelumnya 1 2

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button