Pelestarian Budaya Kian Meredup, Budayawan Cianjur Dorong Adanya Perbup Ngaos, Mamaos, dan Maenpo
![Pelestarian Budaya Kian Meredup, Budayawan Cianjur Dorong Adanya Perbup Ngaos, Mamaos, dan Maenpo](/wp-content/uploads/2021/03/IMG-20210315-WA0013.jpg)
Abah mengatakan, Cianjur memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat kuat. Termasuk pernah menjadi Ibu Kota Priangan, bahkan surat kabar pertama milik pribumi lahir di Cianjur.
“Kalau situasi sepi seperti ini yang salah siapa? Jangan-jangan Cianjur belum punya aturan yang memayungi budaya untuk bisa berkembang,” ungkapnya.
Berkaitan dengan Covid-19, Abah menilai, dengan segala keterbatasan yang ada membuat seniman dan budayawan sulit menggelar perhelatan, meskipun perhelatan virtual masih bisa dilakukan.
“Bisa juga karena anggaran yang diberikan oleh pemerintah untuk kegiatan mayoritas dipangkas untuk memutus mata rantai Covid-19. Tidak ada linearitas antara bantuan pemerintah dengan tiga pilar budaya yang akibatnya aplikasi dari tiga pilar budaya semakin menurun,” ucapnya.
Tidak hanya itu, Abah menyebut, para pegiat tiga pilar budaya masih ketakutan dan was-was dalam menggelar acara. Biasanya, perhelatan budaya lebih leluasa digelar secara langsung di lapangan.
“Biasanya dalam mengaplikasikan tiga pilar itu di lapangan, karena gak boleh lagi berdekat-dekatan. Mungkin yang namanya Mamaos jika harus berjauhan rasanya tidak enak,” terangnya.
Sementara itu, Budayawan Sunda dan Dosen FKIP Universitas Islam Nusantara (Uninus), Etty Rohaeti Sutisna mengatakan, Cianjur adalah daerah potensial baik dari segi alam dan budayanya.
“Alam Cianjur harus ada yang inventarisasi nama-nama tempat, nanti akan ketemu yang awalnya foklor, flora, fauna, dan sejarah. Bisa saja ada flora khas Cianjur,” ujar dia dalam webinar “Ngamumule Budaya Sunda” yang digelar Hima Prodi PBSI Unsur, pada Rabu (10/3/2021).