Gaya Hidup

Penasaran dengan Kakek di Balik Sampul Buku Iqro? Berikut Penjelasannya!

KH Asad Humam sendiri berprofesi sebagai pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro Yogyakarta. Profesi ini mengantarnya berkenalan dengan KH Dachlan Salim Zarkasyi.

Berawal dari silaturahmi ini kemudian KH As’ad Humam mengenal metode Qiroati. Dari Qiroati ini pula kemudian muncul gagasan-gagasan KH As’ad Humam untuk mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode ini bagi santri yang belajar Al Quran.

Mulailah KH As’ad Humam bereksperimen, dan hasilnya kemudian ia catat, dan ia usulkan kepada KH Dachlan Zarkasyi. Namun gagasan-gagasan tersebut seringkali ditolak oleh KH Dachlan Salim Zarkasyi, terutama untuk dimasukkan dalam Qiroati, karena menurutnya Qiroati adalah inayah dari Allah sehingga tidak perlu ada perubahan.

Hal inilah yang pada akhirnya menjadikan kedua tokoh berkonflik. Sehingga pada akhirnya muncullah gagasan KH As’ad Humam dan Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus “AMM” ) Yogyakarta untuk menyusun sendiri dengan pengembangan penggunaan cara cepat belajar membaca Al-Qur’an melalui metode Iqro.

Itulah alasan kenapa Buku Iqro’ ini kemudian sangat terkenal bagi para pemula yang hendak belajar membaca Al-Qur’an dari zaman dahulu sampai sekarang. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga sampai ke negeri jiran, Malaysia.

KH As’ad Humam kemudian menghembuskan napas terakhirnya di kampung halamannya, pada Jumat siang sekitar pukul 11.30 WIB, bulan Februari tahun 1996. Saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, ribuan orang pelayat ikut mensalati jenazah As’ad Humam di Masjid Baiturahman, Selokraman, Kota Gede, Yogyakarta.(ct7/afs)

Laman sebelumnya 1 2

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button