BeritaJabar

Penjelasan BMKG Terkait Gempa Bandung Termasuk Megathrust atau Bukan

Panjangnya mencapai 42 kilometer dan terbagi menjadi dua segmen, yaitu Segmen Kencana di barat daya sepanjang 17 kilometer, dan Segmen Rakutai di timur laut sepanjang 19 kilometer.

Pusat gempa yang terjadi berada di koordinat 7.19 LS, 107.67 BT, atau sekitar 24 kilometer tenggara Kabupaten Bandung.

Gempa ini memiliki mekanisme geser turun atau oblique normal, dan BMKG mencatat adanya gempa susulan dengan kekuatan 3,1 magnitudo hingga pukul 10.10 WIB.

BACA JUGA: Kerugian Gempa Bandung Capai Rp 385 Miliar, Ratusan Bangunan Rusak

Gempa Susulan Akibat Aktivitas Sesar Garsela

Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu menyebutkan bahwa pergerakan Sesar Garsela memicu 20 kali gempa susulan hingga pukul 12.30 WIB.

Gempa susulan terbesar berkekuatan 3,6 magnitudo dan terasa di sejumlah wilayah Jawa Barat, termasuk Kota dan Kabupaten Bandung, Garut, serta Kabupaten Bandung Barat.

Sejarah menunjukkan bahwa aktivitas Sesar Garsela telah beberapa kali memicu gempa bumi dalam beberapa tahun terakhir, seperti gempa di Kabupaten Bandung pada 2020, dan di Garut pada 2021 serta 2023.

Perlu diingat, gempa akibat aktivitas sesar berbeda dengan gempa Megathrust.

Gempa Megathrust terjadi di zona subduksi aktif, di mana lempeng tektonik saling bertumpukan. Pergerakan mendadak di zona ini dapat memicu gempa besar dengan potensi tsunami.

Dengan demikian, gempa Bandung pada (18/9/2024) tidak termasuk dalam kategori Megathrust, melainkan gempa dangkal yang dipicu oleh aktivitas Sesar Garsela.

Laman sebelumnya 1 2

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button