CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Plt Bupati Cianjur, Herman Suherman, memberikan penjelasan mengenai pasien positif corona yang meninggal di Cianjur, beberapa pekan lalu. Pasien yang merupakan warga Bekasi itu sebelumnya dinyatakan negatif, namun akhirnya dipastikan positif Covid-19.
“Jadi begini, ya. Pada saat beberapa minggu yang lalu, tepatnya tanggal 3, begitu melihat di media sosial masyarakat Cianjur resah karena diinformasikan ada pasien pengidap korona di salah satu rumah sakit. Akhirnya saya tanya dokter yang menanganinya, bukan warga cianjur, baru pulang dari luar negeri,” tuturnya.
Herman pun mengungkapkan, ketika sampai Cianjur, pasien pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Ia mengaku tak berani menyatakan pasien positif atau tidak karena tidak memiliki bukti.
“Setelah itu pihak rumah sakit mengirimkan data. Itu lebih teknis lagi, saya gak ngerti itu data apa,” katanya
Karena RS di Cianjur tidak punya alat yang menyatakan positif atau negatif, kesehatan pasien menurun drastis. Akhirnya, keesokan harinya, pasien tersebut meninggal dunia. “Siangnya saya menerima info dari TV disampaikan yang disampaikan Sekretariat Negara, bahwa pasien itu negatif. Saya pun disampaikan ke masyarakat, bahwa pasien negatif,” tambahnya.
Kemudian, Herman ditelepon oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil beberapa saat sebelum diumumkan hasil positif. Dengan hasil itu, ia pun merasa bingung karena sebelumnya dinyatakan negatif.
“Alhamdulillah, ada penjelasan dari Kemenkes bahwa pemeriksaan ini tidak satu kali, dua sampai tiga kali. Sehingga saya melakukan tindakan dari informasi tersebut,” ungkapnya.
Sempat ke Sukaluyu
Pasien yang meninggal sebelumnya sedang berada di rumah mertuanya di Kecamatan Sukaluyu. Ketua RW setempat, Badrudin pun membeberkan kronologis dan kesaksiannya kepada Cianjur Update ketika pasien pertama kali datang ke lokasi.
Badrudin mengaku pertama kali mengetahui ada yang meninggal di wilayahnya pada, Kamis (05/03/2020). Saat itu, pihaknya ingin meminjam mesin molen yang dimiliki keluarga pasien, namun ia mendapati keluarga sedang menangis.
“Saya tanya ‘ada apa?’ warga bilang ‘ada yang meninggal keluarga dari Bekasi’,” tuturnya.
Setelah itu, empat orang anggota polisi dari Polsek Sukaluyu dan Polres Cianjur mendatangi kediaman Badrudin. Mereka mempertanyakan warga yang meninggal di wilayah Badrudin. Namun, ia mengatakan, tidak ada warganya yang meninggal.
“Tapi saya bilang, denger-denger pagi ada yang meninggal keluarga dari Bekasi,” ungkapnya.
Ia pun terkejut karena kabar kematian tersebut ramai dibicarakan. Ia pun memanggil salah seorang keluarga pasien berinsial P. Ia pun mengarahkan P untuk memberi informasi kepada polisi karena khawatir terjadi disinformasi.
”Diantar sama P ke rumahnya. Lama kelamaan muncul ramai soal virus corona. Yang namanya orang kampung kan gak tahu apa-apa,” ungkap dia.
Namun, yang menjadi permasalahan bagi Badrudin adalah, pada awalnya pasien dinyatakan negatif. Bahkan, ia sempat menyinggung video keluarga pasien yang menegaskan bahwa hasil tesnya negatif yang viral di sosial media.
“Tapi, sekarang ramai pasien positif. Sebelumnya saya gak tahu soal positif atau negatifnya. Yang jadi heboh itu pas bupati ngumumin malam-malam, kami gak tahu itu warga kami,” katanya.
Bahkan, ia mengaku tidak tahu menahu soal adanya karantina. Selain itu, tidak ada laporan ke pihak aparat desa atau RT sebelumnya tentang hal itu. “Makanya saya juga bingung, dikarantina atau enggaknya kan bingung. Cuma denger-denger, dikarantina,” kata dia.
Cerita Keluarga
Sementara itu, salah seorang keluarga pasien berinisial P, mengaku tidak pernah melakukan kontak fisik atau bertemu dengan pasien. Ia pun mengungkapkan, anak dan istri pasien yang berada di Bekasi kini diisolasi di RSHS.
“Jadi dari Bekasi itu, awalnya mau ke Jakarta mau ke RS Harapan, cuman penuh jadi ke RSHS pas hari Jumat. Sebelumnya di Mitra Keluarga cuma dicek aja, soalnya awalnya negatif,” jelasnya.
Selama hampir dua minggu, tersiar kabar bahwa pasien yang meninggal itu positif corona. P mengaku, pihak keluarga pun tak tahu menahu soal hasil tersebut.
“Kami keluarganya juga gak tahu. Di sini gak ada yang dikarantina,” ungkapnya.
P pun mengungkapkan, pasien datang ke Cianjur pada, Jumat (28/02/2020). Pasien pun mengalami gejala demam ketika di Cianjur. “Tanggal 29 masuk ke RSDH pagi. Dari Sabtu, Minggu, Senin, Selasa subuh meninggal.” pungkasnya.(afs/rez)