Penyelidikan Intensif Kasus Keracunan Puluhan Siswa di Cianjur Akibat Makanan Bergizi Gratis

CIANJURUPDATE.COM – Penyelidikan mendalam terus dilakukan oleh pihak kepolisian terkait kasus dugaan keracunan massal yang menimpa puluhan siswa di Cianjur.

Hingga Rabu (23/4/2025), tercatat sebanyak 65 siswa dari MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI Cianjur menjadi korban usai mengonsumsi makanan yang merupakan program Makanan Bergizi Gratis (MBG).

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Cianjur, AKP Tono Listianto, menjelaskan bahwa insiden ini terjadi pada Senin (21/4) sekitar pukul 17.30 WIB. Begitu menerima laporan, aparat kepolisian dari Polres dan Polsek segera mendatangi lokasi kejadian dan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

“Setelah menerima laporan, tim gabungan langsung bergerak cepat ke lapangan. Kami telah mengamankan sejumlah sampel makanan yang diduga kuat menjadi sumber keracunan. Selain itu, koordinasi intensif juga telah dilakukan dengan Labkesda Cianjur dan Provinsi Jawa Barat untuk melakukan serangkaian uji laboratorium,” terang AKP Tono.

Dalam upaya mengungkap penyebab pasti keracunan, pihak kepolisian telah meminta keterangan dari sedikitnya 10 orang saksi. Mereka terdiri dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses penyediaan makanan MBG, termasuk para pekerja dapur, sopir yang bertugas mengantar makanan, kepala SPPG Kecamatan Cianjur, tim yang bertugas memasak, hingga petugas yang melakukan pengemasan makanan.

BACA JUGA: MAN 1 Cianjur Bantah Yoghurt Jadi Penyebab Keracunan, Siswa: Ada Bau Tak Sedap di Hidangan MBG

“Saat ini, kami masih memantau kondisi lima orang korban yang masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Mengenai penyebab utama keracunan, kami belum bisa memberikan kesimpulan pasti karena masih menunggu hasil lengkap dari uji laboratorium,” katanya.

Berdasarkan hasil investigasi awal, diketahui bahwa pada hari kejadian, dua sekolah, yaitu MAN 1 dan SMP PGRI Cianjur, menerima distribusi makanan MBG. Menariknya, sekolah-sekolah lain yang juga menerima program serupa tidak melaporkan adanya kasus keracunan di kalangan siswanya.

Lebih lanjut, AKP Tono mengungkapkan adanya temuan perbedaan jenis wadah yang digunakan untuk mendistribusikan makanan.

“Kami mendapati bahwa sebagian korban menerima makanan dalam wadah berbahan plastik, sementara sebagian lainnya menggunakan wadah berbahan stainless steel. Sejauh ini, wadah stainless steel dinilai memiliki potensi keamanan yang lebih baik,” jelasnya.

Pihak kepolisian juga tengah menyelidiki secara saksama apakah peralatan makan yang digunakan telah melalui proses pembersihan yang sesuai dengan standar kesehatan. Informasi awal menyebutkan bahwa beberapa wadah makanan telah digunakan berulang kali, bahkan lebih dari lima kali.

BACA JUGA: Pasca Keracunan Massal, Pelajar di Cianjur Trauma Santap Makan Bergizi Gratis (MBG)

“Kami juga telah melakukan penilaian terhadap kondisi dapur tempat makanan tersebut diolah dan secara umum kondisinya dinilai cukup layak. Kendati demikian, kami tidak akan mengabaikan aspek ini dan akan tetap melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh proses produksi makanan MBG,” tegasnya.

Apabila dalam penyelidikan nanti ditemukan indikasi adanya kelalaian yang mengakibatkan luka atau keracunan pada para siswa, pihak kepolisian tidak akan ragu untuk menerapkan pasal pidana yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Meskipun demikian, AKP Tono menekankan bahwa seluruh proses penyelidikan akan tetap menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah.

“Guna mengungkap fakta sebenarnya dalam kasus ini, kami berencana untuk memanggil pihak sekolah, melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap saksi-saksi lain yang relevan, serta berkoordinasi erat dengan dinas-dinas terkait, termasuk pihak yang bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan lingkungan,” tutupnya.

Editor: Afsal Muhammad

Exit mobile version