Perkuat Ekonomi, Petani Desa Sindangasih Budi Daya Tanaman Porang
![](/wp-content/uploads/2020/10/IMG-20201017-WA0005-780x470.jpg)
Sebagai tumbuhan liar, lanjut Sidik, porang dapat ditanam di lahan berkarakteristik apa saja. Dengan demikian, bisa ditanam di dataran tinggi ataupun rendah.
“Salah satunya di Desa Sindangasih yang notabene merupakan daerah dataran rendah. Dengan ketinggian 300-400 mdpl, cocok juga tumbuhan porang di tanam di sini,” ungkapnya.
Cara Budi Daya Tanaman Porang
Perawatan porang juga tidak terlalu rumit. Namun, Sidik mengatakan, BPP akan mengawal apabila terjadi potensi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
“Petani atau kelompok tani bisa melaporkan kalau ada potensi menurunkan hasil akibat hama atau penyakit. Kita akan coba bantu. Yang jadi fokus perhatian kami dari tumbuhan porang ini adalah bagian umbinya. Selain itu elemen batang dan daun,” tukasnya.
Salah seorang Petani porang, H Yandi Sopiandi, mengatakan, ada empat lahan pengembangan tumbuhan porang. Dengan luas mencapai sekitar 5,4 hektare.
“Di sini (Desa Sindangasih) baru dikembangkan di lahan seluas 1 hektare,” kata Yandi.
Ia menjelaskan, dari 1 hektare lahan, membutuhkan sekitar 40 ribu bibit atau biji porang. Ada tiga jenis bibit porang yaitu katak, umbi, dan polybag.
“Kalau ingin irit modal, bisa menggunakan bibit jenis katak. Harga per kilogramnya sekitar Rp300 ribu yang isi 300 biji. Jadi, kalau untuk 1 hektare, berarti membutuhkan sebanyak 120 kilogram. Dihitung-hitung, untuk modal bibit hanya Rp40 juta,” jelas dia.
Poses pemupukan pertama memakai kompos kotoran kambing. Estimasi volume pemakaiannya di lahan 1 hektare sekitar 200 kilogram. Sebulan kemudian, pemupukan kedua masih memakai kompos kambing. Ia memastikan, pengembangan porang ramah lingkungan karena memakai pupuk organik.