CIANJURUPDATE.COM – KH R Abdul Halim, yang akrab disapa Ajengan Elim, merupakan sosok ulama kharismatik yang sangat dihormati di Cianjur.
Ia lahir pada 7 Agustus 1933 dan wafat pada Minggu, 9 Februari 2025, dalam usia 92 tahun.
Sebagai seorang pemimpin keagamaan, KH Abdul Halim dikenal atas kebijaksanaan dan keteguhan dalam membimbing umat.
BACA JUGA: Sebelum Meninggal, KH Abdul Halim Masih Mengisi Pengajian di Pendopo Cianjur
Latar Belakang dan Pendidikan
KH Abdul Halim merupakan anak tunggal dari pasangan Abdul Mufahir dan Siti Rahmah.
Meskipun tidak memiliki saudara kandung, beliau memiliki tujuh saudara seibu dan tujuh saudara sebapak.
Pendidikan awalnya dimulai di Sekolah Dasar Kesatriaan hingga kelas IV, sebelum melanjutkan ke sistem pendidikan Jepang pada masa pendudukan.
Namun, pendidikannya yang paling mendalam adalah di bidang agama Islam, yang ia pelajari langsung di bawah bimbingan kakeknya, pemimpin Pondok Pesantren Al-Muthmainnah.
Ketekunan dan kecerdasannya dalam ilmu agama membuatnya diakui sebagai seorang ulama yang berpengaruh.
Pada tahun 1959, beliau diangkat sebagai Hakim Agung Luar Biasa di Pengadilan Agama Kabupaten Cianjur, meskipun hanya memiliki latar belakang pendidikan formal hingga sekolah dasar.
BACA JUGA: Mantan Ketua MUI Cianjur KH Abdul Halim Meninggal Dunia di Usia 92 Tahun
Karier dan Peran di MUI
Pada tahun 1979, KH Abdul Halim diangkat menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cianjur, sebuah posisi yang diembannya selama 40 tahun hingga 2019.
Kepemimpinannya yang panjang mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap kebijaksanaan dan dedikasinya dalam mengayomi umat.
Di bawah kepemimpinannya, KH Abdul Halim menggagas berbagai program yang berdampak besar bagi masyarakat Cianjur.
Salah satu program terkenalnya adalah Gerakan Pembangunan Masyarakat Berakhlakul Karimah (Gerbang Marhamah), yang kemudian menjadi semboyan Kabupaten Cianjur.
Selain itu, beliau juga aktif menangani ajaran sesat yang sempat berkembang di daerahnya serta meningkatkan kesejahteraan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Agung Cianjur dengan mendirikan toko buku dan klinik masjid.
Kiprah di Pondok Pesantren Al-Muthmainnah
Selain menjadi Ketua MUI, KH Abdul Halim juga memimpin Pondok Pesantren Al-Muthmainnah sejak usia 30 tahun, menggantikan kakeknya yang wafat.
Ia meneruskan tradisi pesantren, termasuk mengadakan pengajian rutin setiap Minggu, Kamis, dan Sabtu.
Pengajian hari Kamis menjadi unik karena berkembangnya ‘Pasar Kemisan’, di mana para pedagang menjajakan dagangan mereka di sekitar pesantren setiap kali pengajian berlangsung.
BACA JUGA: Innalillahi, Gus Sholah Wafat Setelah Dua Pekan Dirawat
Sosok yang Disegani
KH Abdul Halim dikenal sebagai sosok yang bijak dan disegani, baik oleh masyarakat umum maupun kalangan pemerintahan.
Ia pernah menjadi penasihat Bupati Cianjur dan kerap dikunjungi oleh tokoh-tokoh penting, termasuk mantan Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin serta para menteri dan pejabat negara.
Perkataannya selalu bernilai dan mampu meredakan berbagai persoalan yang muncul di tengah masyarakat.
BACA JUGA: Habib Hasan Tutup Usia pada Usia 47 Tahun, Netizen Berduka
Keluarga dan Warisan
KH Abdul Halim meninggalkan 9 anak dari pernikahannya dengan almarhumah Hj Aisyah, serta 36 cucu dan 18 cicit.
Setelah istrinya wafat, beliau menikah kembali dengan Hj Ida Rosidah pada tahun 2002.
Kepergian KH Abdul Halim meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Cianjur dan dunia Islam pada umumnya.
Warisan ilmunya akan terus menginspirasi generasi mendatang, menjadikannya salah satu ulama besar yang akan selalu dikenang dalam sejarah Islam di Indonesia.