Berita

Rencana Impor Beras Terus Ditolak, DPRD Cianjur: Kalau Surplus, Buat Apa Harus Impor Segala?

Sinta menjelaskan, sektor pertanian di Cianjur sangat dominan, namun masih memiliki banyak PR yang harus diselesaikan bersama. Ia mencontohkan pengelolaan pertanian di Bali yang sudah memiliki Perda Perlindungan Pemberdayaan Petani.

“Ini perlu dicontoh oleh Kabupaten Cianjur untuk melindungi petani terutama ketika musim hama atau bencana, mereka bisa dibantu oleh Pemkab. Sehingga petani, khususnya penggarap tetap bisa mendapatkan keuntungan ekonomis walau keadaannya kurang baik,” ungkap dia.

Pihaknya bertekad untuk terus mendorong agar Dinas Pertanian bisa mendapat anggaran lebih banyak dan bupati bisa berpihak pada petani.

“Porsi pengelolaannya akan diperbesar sesuai porsi pertanian yang besar di sektor ekonomi kita,” sebut dia.

Ia berharap, harga gabah tetap stabil di Cianjur. Sehingga para petani bisa tetap bertani dan tidak terkena rencana ini. “Mudah-mudahan tetap stabil sehingga petani tidak rugi,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Abdul Hanan menjelaskan, harga Gabah Kering Giling (GKG) di Cianjur berada di kisaran Rp5.200-Rp5.300 per kilogram.

“Kalau Gabah Kering Panen (GKP) itu sekitar Rp4.200-4.300 per kilogram. Tiap daerah beda, kalau wilayah Cianjur selatan itu sekitar Rp3.800-Rp3.900, karena rata-rata gabahnya itu basah jadi murah,” paparnya.

Ia mengatakan, harga gabah sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup para petani di Cianjur, sehingga jika harga gabah terlalu rendah, maka petani bisa tercekik.

“Makanya sering disarankan, dari pada menjual dalam bentuk gabah, lebih baik diolah dulu, dikeringkan dulu, digiling, baru dijual dalam bentuk beras,” tandasnya.(afs/sis)

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button