CIANJURUPDATE.COM – Ribuan ikan terpantau naik ke pesisir pantai di wilayah Cianjur Selatan, tepatnya di Cidaun, Sindangbarang, dan Agrabinta. Apakah ini jadi pertanda bahaya adanya bencana alam?
Fenomena ini ternyata terjadi secara berkala setiap tiga hingga lima tahun, terutama saat musim kemarau panjang.
Bukan karena akan adanya bencana alam, tetapi penurunan suhu di laut menjadi penyebab utama ikan-ikan ini naik ke permukaan.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) DPC Cianjur, Rely Herjaya, menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan siklus tahunan yang biasanya terjadi setiap tiga hingga lima tahun, terutama ketika musim kemarau berlangsung lama.
“Selama kemarau panjang yang bisa berlangsung lebih dari lima hingga enam bulan, suhu di laut bagian tengah mengalami penurunan drastis, sehingga ikan-ikan naik ke permukaan pada malam hari,” kata Rely, Minggu (1/9/2024).
BACA JUGA: Fenomena Anak Domba Bermata Satu di Cianjur, Dinas Peternakan: Kelainan Genetik
Ikan yang paling sering naik ke permukaan adalah ikan tanjan, yang cenderung mencari suhu yang lebih hangat.
Rely juga menyebutkan bahwa selain perubahan suhu, predator yang mengejar ikan-ikan ini juga menjadi faktor mereka naik ke permukaan.
Fenomena ini telah menjadi tradisi yang dinanti oleh masyarakat sekitar, terutama selama musim kemarau, sebelum memasuki musim hujan.
“Selama musim kemarau, fenomena ini selalu terjadi, namun begitu musim hujan tiba, ikan-ikan ini kembali ke laut tengah,” tambahnya.
Kepala UPTD Puskeswan Cianjur Selatan, Djoena, mengungkapkan bahwa fenomena ini bukan hal baru bagi masyarakat pesisir Cianjur Selatan.
BACA JUGA: Fenomena Hujan Es Disertai Angin Kencang Terjadi di Cianjur, Warga Sempat Panik
Ikan yang naik ke permukaan pantai Cianjur Selatan umumnya adalah ikan kecil seperti tanjan dan japuh yang memang berkelompok.
Djoena menjelaskan bahwa perbedaan suhu antara permukaan dan bawah laut menjadi alasan utama ikan-ikan ini naik.
“Fenomena ini biasanya terjadi selama musim kemarau panjang, di mana ikan-ikan mencari suhu yang lebih hangat pada malam hari,” katanya.
Fenomena ini telah menarik perhatian media sosial, meskipun bagi masyarakat lokal, hal ini sudah menjadi pemandangan yang biasa.
“Sebelum viral di media sosial, fenomena ini memang sudah sering terjadi, dan masyarakat di selatan sudah terbiasa serta antusias menyambutnya,” tutup Djoena.