Ridwan Kamil Kirim Pesan pada Habib Rizieq, Begini Isinya!

CIANJURUPDATE.COM, Bandung – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengirimkan pesan kepada Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS), untuk bisa memahami masa pandemi Covid-19 yang kini tengah dihadapi Indonesia dan menurutnya tidak mudah.

Terlebih saat kedatangan Habib Rizieq ke Tanah Air yang menimbulkan kerumunan massa di Bandara Soekarno-Hatta dan di kedatangannya di Megamendung, Bogor, Jawa Barat beberapa waktu lalu.

“Saya sudah mengirimkan pesan kepada Habib Rizieq melalui habib-habib yang lain, agar mampu memahami situasi (pandemi Covid-19) yang tidak mudah ya,” ujar Kang Emil.

Emil mengungkapkan, dalam pesannya, dirinya meminta HRS mematuhi protokol kesehatan dalam setiap kegiatannya di tengah pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru (AKB), salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi.

“Gunakan teknologi seperti (aplikasi) Zoom seperti yang kami gunakan pada saat kami harus menyapa jumlah (massa) yang banyak, tapi mengikuti protokol kesehatan,” paparnya.

Menurutnya, penerapan AKB melalui penggunaan teknologi informasi harus benar-benar dipertimbangkan. Sehingga, semua pihak tetap bisa produktif dan pelarangan terhadap kegiatan-kegiatan yang digelar karena adanya kerumunan pun tidak terjadi.

“Pada dasarnya, kita ingin tetap produktif walaupun sedang menghadapi Covid-19. Caranya beradaptasi dari kebiasaan lama yang rame-rame berkerumun menjadi tetap produktif, tetap ada acaranya, tapi menggunakan teknologi, menggunakan cara baru, seperti ada nonton bareng kan di mobil, ada konser di mobil, kan begitu,” bebernya.

Dia juga mengimbau semua pihak, khususnya para tokoh berpengaruh di negeri ini, agar mampu mengendalikan diri di tengah situasi pandemi Covid-19.

“Karena kalau sudah followernya atau kelompoknya berkumpul, itu lebih susah dikendalikan,” tegasnya.

Terlebih, kata Kang Emil, definisi ketegasan dalam upaya mengendalikan kerumunan pun tidak sesederhana yang dibayangkan. Pasalnya, hal itu berisiko menimbulkan bentrokan hingga tindakan destruktif.

“Ketegasan bertemu dengan massa yang banyak itu seringkali terjadi bentrokan, seperti halnya demo-demo waktu (aksi demo) Omnibus Law yang berakhir dengan destruktif juga kan,” ucapnya.

Alasan itu pula yang menurutnya menjadi salah satu pertimbangan Polda Jabar menggunakan cara-cara yang humanis dalam penanganan berbagai kegiatan di Jabar, terutama yang berpotensi menimbulkan kerumunan selama pandemi Covid-19.

“Jadi, mungkin ada pertimbangan-pertimbangan humanis yang dilakukan oleh Kepolisian Jawa Barat dalam mengambil keputusan penanganan itu,” tandasnya.(sis/afs)

Exit mobile version