NeuroLyrika dan Eksistensi Komunikasi Manusia Refleksi dari Cerpen Big Ekuinok
Konsep bahwa anak-anak dalam cerpen dapat mengembangkan komunikasi berbasis sinyal tubuh dan gelombang otak membawa implikasi besar bagi ilmu pengetahuan. Di dunia nyata, penelitian di bidang Brain-Computer Interface (BCI) telah menunjukkan potensi komunikasi langsung antara otak manusia dan mesin. Tetapi cerpen ini memperluas ide tersebut, mengusulkan bahwa bukan hanya otak-mesin, melainkan otak ke otak, bisa mengembangkan bahasa yang sepenuhnya baru.
Filosofisnya, ini menantang asumsi bahwa simbolis dan bahasa verbal adalah satu-satunya bentuk komunikasi tingkat tinggi. Teori komunikasi modern, seperti yang dikemukakan oleh Jurgen Habermas dalam Theory of Communicative Action, berpendapat bahwa komunikasi yang ideal harus bebas dari distorsi.
NeuroLyrika, sebagaimana digambarkan dalam cerpen ini, tampaknya mencapai bentuk komunikasi yang paling murni, di mana makna disampaikan tanpa perantara simbolis.
Realitas Eksistensial
Pada klimaks cerita, ketika Maryam memasuki Nukleus, ia merasakan getaran yang bukan hanya fisik tetapi emosional. NeuroLyrika menjadi cermin kesadaran yang terhubung, menunjukkan bahwa bahasa sejatinya adalah ekspresi jiwa yang tidak membutuhkan simbol atau kata. Cerpen ini menyiratkan bahwa komunikasi ideal bukanlah tentang mentransmisikan informasi, tetapi tentang berbagi makna dan pengalaman hidup dalam bentuk paling murni.
Para ahli seperti Thomas Metzinger, yang membahas dalam bukunya The Ego Tunnel bahwa kesadaran adalah konstruksi internal yang dapat dipahami hanya oleh individu itu sendiri, akan berpendapat bahwa NeuroLyrika membuka kemungkinan baru dalam memahami ‘kesadaran kolektif’.