Sejarah Jalur Puncak yang Terkenal dengan Kemacetannya

CIANJURUPDATE.COM – Sejak era kolonial, Puncak telah menjadi tujuan wisata favorit di Jawa, menarik perhatian banyak orang berkat keindahan alamnya dan udara segar yang menyegarkan.

Puncak juga merupakan bagian dari Jalan Raya Pos, yang merupakan jalur penting yang menghubungkan Anyer dan Panarukan, melintasi kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, dan Surabaya.

Awal Mula Pembangunan Jalur oleh Daendels

Jalur yang menghubungkan Bogor dan Cianjur melalui Puncak dimulai sejak kedatangan Herman Willem Daendels, yang diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda oleh Raja Louis Napoleon, saudara dari Napoleon Bonaparte.

Dalam konteks tersebut, Belanda berada di bawah kekuasaan Prancis.

Menurut M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2022), tujuan Daendels mengunjungi Jawa adalah untuk memperkuat pertahanan pulau tersebut sebagai basis melawan Inggris di Samudera Hindia.

Salah satu langkah strategis yang diambilnya adalah membangun jalan raya sepanjang 1.000 km yang menghubungkan ujung barat dan timur Jawa.

Ketika Daendels tiba, kondisi jalan di Jawa sangat memprihatinkan, terutama saat musim hujan.

Oleh karena itu, pada 5 Mei 1808, dia memerintahkan pembangunan jalan raya yang lebih baik untuk mendukung transportasi hasil panen serta mobilisasi pasukan.

BACA JUGA: Tingkat Hunian Hotel dan Restoran di Cianjur Naik 63 Persen Akibat Kemacetan Jalur Puncak

Tantangan dalam Membangun Jalan Raya Puncak

Membangun jalur dari Buitenzorg menuju Karangsembung, Cirebon, bukanlah tugas yang mudah. Kondisi geografis yang berbukit-bukit menjadi tantangan tersendiri.

Sejarawan Purnawan Basundoro mencatat dalam Pengantar Kajian Sejarah Ekonomi Perkotaan Indonesia (2023), bahwa jalur ini tidak hanya bertujuan untuk ekonomi, tetapi juga untuk pertahanan militer.

Jalan yang baik akan mempercepat transportasi hasil panen dan mobilisasi pasukan.

Jalur ini melewati beberapa dataran tinggi, termasuk di sekitar kaki Gunung Gede dan Pangrango, yang kini dikenal sebagai Jalan Raya Puncak. Salah satu puncaknya, Puncak Pass, terletak di Gunung Megamendung dengan ketinggian 1.880 mdpl.

Dari catatan sejarawan, sekitar 400 pekerja terlibat dalam pembangunan jalur ini, dengan supervisi seorang insinyur untuk menentukan posisi dan kondisi jalan.

Upah yang mereka terima juga cukup tinggi pada masa itu, yaitu 10 ringgit perak.

Jalan Raya Pos: Rute Strategis dan Menarik

Pada Juni 1809, Jalan Raya Pos yang menghubungkan Anyer dan Panarukan resmi selesai dibangun.

Jalur dari Buitenzorg menuju Cianjur memiliki medan yang menanjak dan curam, membuat perjalanan menjadi tantangan tersendiri.

Penulis Charles Walter Kinloch dalam Rambles in Java and the Straits (1853) menggambarkan bagaimana kereta yang ditarik kuda sering kali harus dibantu oleh kerbau untuk melewati tanjakan.

Pengalaman serupa juga diceritakan oleh Arya Purwalelana, seorang pelancong yang melewati jalur ini pada 1860-an.

Meskipun perjalanan yang melelahkan, keindahan alam di Puncak berhasil memikat hatinya.

Ia bahkan menyebutkan bahwa keindahan gunung di Megamendung tak terlukiskan dalam kata-kata.

BACA JUGA: Pedagang Asongan Menghilang, Pengendara yang Terjebak Macet di Jalur Puncak Harus Menahan Lapar dari Malam sampai Pagi

Objek Wisata dan Daya Tarik Puncak

Di kawasan Puncak, terdapat objek wisata menarik seperti Telaga Warna, yang menjadi tempat singgah bagi para pelancong yang lelah dalam perjalanan dari Buitenzorg menuju Sindanglaya.

Buku panduan wisata Java the Wonderland (1900) menyebutkan bahwa perjalanan ini memakan waktu sekitar lima jam, namun menawarkan pemandangan alam yang luar biasa dan udara segar yang menyegarkan.

Hingga saat ini, Telaga Warna masih menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan, terutama di akhir pekan.

Puncak terus menarik perhatian banyak orang, meskipun kemacetan menjadi bagian dari pengalaman perjalanan ke lokasi yang menawan ini.

Exit mobile version