CIANJURUPDATE.COM, Banjarmasin – Nama Siti Raisa Miranda atau Echa (17), kini tengah viral. Putri tidur asal Banjarmasin itupun kini sudah terbangun usai mengalami gejala tidur panjang akibat sindrom hipersomnia selama sembilan hari.
Orang tua Echa, Mulyadi dan Lili, mengaku sangat cemas karena putrinya kembali mengalami gejala tidur panjang. Echa sempat dibawa keluarga ke RSUD Dr Ansari Saleh, Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), karena kondisi tidur panjangnya kembali kambuh.
Mulyadi mengatakan, putrinya itu sudah bangun setelah sembilan hari lamanya, namun kondisi Echa masih sangat lemah.
“Udah bangun pagi tadi sekitar pukul 09.00 Wita, bisa duduk sendiri meski masih lemah. Jadi hari kesembilan ini Echa sudah bangun,” kata Mulyadi dilansir deticom, Sabtu (10/4/2021).
Diketahui, pada 2017, Echa pernah mengalami gejala serupa. Pada waktu itu, Echa sempat tertidur selama 13 hari. Echa pun kemudian mendapat julukan ‘Putri Tidur dari Banjarmasin’ oleh masyarakat hingga viral di berbagai media sosial.
Agar nutrisi tubuhnya terjaga, sesekali Mulyadi dan istri memberikan makanan dengan disuapkan saat kondisi Echa tenang. Salah satunya dengan memberikan susu cokelat.
Lalu, bagaimana orang tua Echa bisa memberikan susu cokelat? Mulyadi mengatakan, Echa sesekali terbangun sebentar dari tidur, biasanya langsung diberikan susu cokelat. Setelah minum itu, Echa pun kembali meneruskan tidurnya.
“Echa sangat suka susu cokelat, terutama susu kotak. Karena itu, saya selalu menyediakan stok untuk dia. Karena sewaktu-waktu ia terbangun sebentar dan biasanya kami berikan susu cokelat di samping diberi makan. Hitung-hitung untuk stamina dan asupan gizi,” terang Mulyadi.
Mulyadi mengaku, ia bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) sementara istrinya, Siti Lili Rosita berprofesi sebagai instruktur senam. Namun dibutuhkan biaya besar untuk membawa berobat Echa, walaupun keduanya bekerja.
“Sebenarnya nggak enak menyampaikan, namun karena kepentingan anak ulun (saya), harapannya Echa bisa diterapi dengan alat yang lebih canggih. Meskipun di rumah sakit di Banjarmasin semua peralatan medis sudah dites. Kata dokter, masih ada alat lain yang lebih canggih tapi di Jawa. Mudah-mudahan kami bisa membawa terapi Echa ke RS di Jawa,” harap Mulyadi.
Echa, kata Mulyadi, pernah dibawa ke dokter saraf. Hasil pemeriksaan ternyata normal saja. Dari informasi yang dia terima, di Banjarmasin tak ada alat canggih yang bisa mendiagnosa penyakit Echa. Pemeriksaan terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Ansari Saleh Banjarmasin, Echa justru didiagnosa menderita penyakit epilepsi.
“Hasil pemeriksaan semuanya normal saja. Sebelum kami bawa ke rumah sakit, dia memang sempat kejang-kejang. Itulah mungkin dia didiagnosa epilepsi,” jelasnya.
Mulyadi dan istri kini hanya bisa pasrah dengan kondisi buah hatinya itu. Namun, Mulyadi tetap berharap agar pemerintah setempat mampu meringankan bebannya agar Echa bisa dibawa ke Jakarta berobat untuk mengetahui secara pasti penyakit apa yang membuat Echa bisa tidur pulas hingga berhari-hari.
“Siapa tahu pemerintah mau membantu,” harapnya.
Diketahui, Hipersomnia adalah kondisi yang membuat seseorang merasa mengantuk yang berlebihan pada siang hari. Kondisi ini juga dapat terjadi meski seseorang itu sudah tidur dalam waktu yang lama. Hipersomnia dapat disebut dengan excessive daytime sleepiness (EDS).
Mengutip laman Healthline, berdasarkan faktor penyebab, ada dua jenis hipersomnia, yakni primer dan sekunder. Hipersomnia primer disebabkan adanya gangguan fungsi sistem saraf pusat dalam yang berfungsi mengatur waktu untuk terjaga dan terlelap.
Kondisi ini bisa membuat si penderita merasakan kantuk secara tiba-tiba. Mereka bisa merasakan kantuk pada siang hari meskipun waktu tidur pada malam sudah terpenuhi.(sis/bbs)