CIANJURUPDATE.COM – Arus mudik dan arus balik lebaran tahun ini menyaksikan peningkatan volume sampah hingga 20 persen di jalur protokol Cipanas.
Lonjakan tersebut disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang terjebak macet dan memilih membuang sampahnya di trotoar.
Koordinator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kecamatan Cipanas, Dede Ichsan, menjelaskan bahwa peningkatan tersebut teramati sejak awal Ramadan hingga lebaran, mencapai 20 persen lebih tinggi dari bulan-bulan biasanya.
“Peningkatan volume sampah terutama berasal dari sampah warga selama periode lebaran dan dari pemudik yang melintas di jalur protokol Cipanas,” ujar Dede pada Senin (15/4/2024).
Menurutnya, lonjakan sampah di Cipanas ini merupakan hal yang umum terjadi setiap tahunnya saat arus mudik.
Terlebih ada perubahan pola konsumsi masyarakat saat menyambut Idul Fitri dan pemudik yang membuang sampah di trotoar.
BACA JUGA: Memalukan! Pengendara Buang Sampah Sembarangan di Tengah Kemacetan Puncak
“Sebelumnya, selalu terjadi lonjakan sampah mendekati lebaran, terutama saat arus balik di trotoar jalan banyak sampah berserakan,” tambahnya.
Dede mengungkapkan bahwa jumlah sampah selama periode lebaran dapat mencapai 38 ton per hari, dengan kemungkinan peningkatan lebih lanjut.
Ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 20 hingga 30 ton per hari pada hari-hari biasa di luar musim libur.
BACA JUGA: Inilah Penyebab Dari Tumpukan Sampah di Sepanjang Jalan Cianjur
“Kami menghadapi keterbatasan dalam mengelola sampah di Cipanas karena kondisi lapangan yang terbatas,” ungkap Dede.
“Namun, kami bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup kecamatan, aktivis lingkungan setempat, dan pihak desa untuk menangani masalah ini,” imbuh dia.
Meskipun menghadapi kendala dalam transportasi dan jarak yang jauh ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mekarsari Cikalong, Dede menekankan pentingnya penanganan segera terhadap sampah tersebut untuk mencegah kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat.
Dalam upaya mengurangi volume sampah, Dede menyebut bahwa pihaknya bekerja sama dengan pengolah sampah setempat untuk mendaur ulang sampah non-organik menjadi kerajinan dan menghasilkan pupuk dari sampah organik.
“Kami terus berupaya semaksimal mungkin untuk menangani masalah sampah ini, karena dampaknya dapat merugikan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat,” tandasnya.