Wajah Baru Alun-Alun Cianjur Mengandung Filosofis Pilar Budaya

Ditambah 99 lafad Asmaul Husna yang berjejer dijalanan pendek setelah bentangan karfet rumput hijau. Ini seolah menjadi pengingat bahwasanya dalam setiap langkah hidup kita haruslah selalu mengingat Allah.
Panggung Suling Tali Budaya Mamaos
Adanya panggung berdominasi bentuk arsitektur suling yang terletah di bagian paling samping alun- alun, menjadi pangingat pada setiap pengunjung terutama masyarakat Cianjur. Menjaga dan melestariakn kebudayaan harus selalu dipegang dengan erat, jangan sampai hilang dimakan waktu.
Mamaos merupakan tembang Cianjuran yang merupakan kesenian nyanyian yang dimilki Cianjur. Lagu-lagu yang dinyanyikan merupakan tembang khas yang hanya ada di Cianjur yang biasanya diiringi oleh kecapi dan suling sebagai musik pengiringnya.
Arena Bundar Maenpo
Terdapat arena bundar dengan berbagai gambaran pesilat di atasnya. Menjadi kokoh saat tempat ini memang seharusnya diperuntukan sebagai tempat pementasan pesilat. Hal ini agar masyarakat dan pengunjung yang datang mampu lebih mengenal dan mencintai akan kekayaan budaya yang dimilki.
Berkaitan erat dengan maenpo dikenal yaitu pencak silat, merupakan kesenian beladiri yang berasal dari Cianjur yakni pencak silat Cikalongan. Pencak silat ini menjadi komponen kebudayaan Cianjur yang harus tetap dilindungi sampai kapanpun.
Lumbung Padi Simbol Tatanen
Berdiri empat buah bangunan lumbung padi di tengah keindahan alun-alun, menjadi sebuah simbol matapencaharian yang dilakukan masyarakat sejak dulu adalah Tatanen. Maksudnya bercocok tanam yakni bertani, untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Bangunan lumbung padi ini menjadi simbol yang ikut menjelaskan bahwa Cianjur memang dikenal sebagai kota beras. Yakni terkenal dengan beras pandanwangi yang sohor didengar oleh orang- orang.