CIANJURUPDATE.COM – Alun-alun Cianjur mengalami berbagai perubahan, terutama dari berbagai bentuk arsitektur. Jika awalanya hanya taman dan sebuh kolam bundar kecil, perubahan yang begitu besar terjadi dan menjadi sorotan para pengunjung.
Pembongkaran lahan yang awalnya merupakan pasr induk memperluas lahan taman alun- alun. Ini membuat pembangunan wajah Alun-alun Cianjur secara besar-besaran.
Kemewahan setiap sudut Alun- alun
Berbagai kemewahan arsitektur bisa dirasakan oleh setiap pengunjung. Nyatanya bukan hanya masyarakat Cianjur saja, tetapi dari luar kota pun banyak berdatangan.
Setiap sudut alun-alun memiliki corak arsitektur yang berbeda-beda, tentu setiap bangunan tersebut tidak sembarang didirikan. Namun setiap sisi alun-alun memiliki makna, yakni sebagai filosofis kebudayaan yang dimiliki.
Sayangnya kebanyakan para pengunjung tidak begitu penasaran pada setiap arti bangunan yang ada. Padahal banyak sekali makna yang hendak disampaikan dari setiap arsitekur yang ada, dengan harapan mampu tertangkap dan dirasakan oleh masyarakat yang berkunjung.
Filosofis Utama Wajah Baru Alun- Alun Cianjur
Berbagai bangunan di Alun-alun Cianjur memilki filosofis yang berkaitan dengan tujuh pillar budaya Cianjur.
Monumen Al- Quran
Filosofis ngaos atau lebih dikenal mengaji. Ini merupakan budaya yang utama yang menjadi prinsip masyarakat Cianjur.
Agama menjadi pondasi yang sangat penting sebagai pembangun masyarakat Cianjur sebagai kota santri. Kegiatan ngaos ini tentu tidak terlepas dari kitab suci Al-Quran, dan berdirinya monumen Al-Quran yang cukup besar di tengah-tengah menjadi pengingat utama.
Ditambah 99 lafad Asmaul Husna yang berjejer dijalanan pendek setelah bentangan karfet rumput hijau. Ini seolah menjadi pengingat bahwasanya dalam setiap langkah hidup kita haruslah selalu mengingat Allah.
Panggung Suling Tali Budaya Mamaos
Adanya panggung berdominasi bentuk arsitektur suling yang terletah di bagian paling samping alun- alun, menjadi pangingat pada setiap pengunjung terutama masyarakat Cianjur. Menjaga dan melestariakn kebudayaan harus selalu dipegang dengan erat, jangan sampai hilang dimakan waktu.
Mamaos merupakan tembang Cianjuran yang merupakan kesenian nyanyian yang dimilki Cianjur. Lagu-lagu yang dinyanyikan merupakan tembang khas yang hanya ada di Cianjur yang biasanya diiringi oleh kecapi dan suling sebagai musik pengiringnya.
Arena Bundar Maenpo
Terdapat arena bundar dengan berbagai gambaran pesilat di atasnya. Menjadi kokoh saat tempat ini memang seharusnya diperuntukan sebagai tempat pementasan pesilat. Hal ini agar masyarakat dan pengunjung yang datang mampu lebih mengenal dan mencintai akan kekayaan budaya yang dimilki.
Berkaitan erat dengan maenpo dikenal yaitu pencak silat, merupakan kesenian beladiri yang berasal dari Cianjur yakni pencak silat Cikalongan. Pencak silat ini menjadi komponen kebudayaan Cianjur yang harus tetap dilindungi sampai kapanpun.
Lumbung Padi Simbol Tatanen
Berdiri empat buah bangunan lumbung padi di tengah keindahan alun-alun, menjadi sebuah simbol matapencaharian yang dilakukan masyarakat sejak dulu adalah Tatanen. Maksudnya bercocok tanam yakni bertani, untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Bangunan lumbung padi ini menjadi simbol yang ikut menjelaskan bahwa Cianjur memang dikenal sebagai kota beras. Yakni terkenal dengan beras pandanwangi yang sohor didengar oleh orang- orang.
Luas dan mewahnya alun- alun Cianjur rasanya tetap terasa kurang jika tak direalisasikan setiap pesan yang terkandung di dalamnya. Setiap pendirian arsitektur inilah menjadi harapan adanya kepedulian dan rasa cinta masyarakat untuk selalu melestariakan budaya yang dimiliki.(*)
Penulis: Siti Nurlaela